SanWa Library

Default Variables

  • Book Review
  • _Book Information
  • _Wrap-up 2021
  • BTS - ARMY
  • Leisure
  • Daily Life
  • About Me


Menurutmu, adakah orang yang selalu baik-baik saja? Kalau opiniku siyh tidak ya. Bahkan aku sendiri saat ini bisa dibilang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Akupun menyadari terkadang aku bilang kalau aku baik tapi nyatanya dalam diriku tidak baik-baik saja, hanya tidak kusadari.

Bulan April 2022 ini aku diberikan kesempatan lagi untuk membaca ARC dari buku berjudul Sebenarnya Aku Tidak Baik-Baik Saja. Dari buku inilah aku tersadar bahwa aku sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Bahkan mungkin aku hanya “pura-pura” baik, menyangkal perasaan tidak baik ini menjadi suatu perasaan yang baik. Tapi kok bisa? Cek dibawah ini deh.

 

Tentang Buku Ini

Sebelum aku menjawab pertanyaanku sendiri di atas. Aku ingin sedikit memberitahukan seperti apa siyh garis besar dari buku ini.

Sebenarnya Aku Tidak Baik-baik Saja adalah buku self-improvement dari Korea Selatan, yang ditulis oleh seorang penulis ternama bernama Geulbaewoo [IG @jell1ine1768] dan dibawa ke Indonesia oleh penerbit Haru. Geulbaewoo mengelola satu-satunya pusat konsultasi “Geulbaewoo Study Room” di dunia. Kurang lebih 2.000 orang dalam setahun dengan berbagai macam profesi dan usia yang berbeda mengunjungi pusat konseling tersebut (sumber: Penerbit Haru IG).

Buku ini tidak masuk jajaran What BTS Reads siyh tapi dari buku pertamanya, aku sudah jatuh cinta dengan tulisannya oppa ganteng ini. Inget kan buku yang berjudul “Aku Bukannya Menyerah Hanya Sedang Lelah” yang sangat laris saat peluncurannya dulu di Indonesia? Mulai akhir bulan April yang lalu hingga 15 Mei 2022 Penerbit Haru telah membuka PO untuk buku ini (sebagai tambahan, penerbit Haru juga mencetak ulang buku sebelumnya lohhh). Namun bagi kalian yang belum PO, tenang saja, kalian tetap dapat membelinya melalui toko-toko buku online.

View this post on Instagram

A post shared by Penerbit Buku Asia (@penerbitharu)


Mungkin ada yang bertanya-tanya buku ini isinya seperti apa dan apakah bedanya dari buku sebelumnya. Menurutku isinya masih inline dengan buku sebelumnya. Kalau dibuku sebelumnya membahas bahwa perasanaan Lelah itu valid adanya, disini lebih ditekankan lagi efek dari lelah itu dan langkah-langkah praktis apa saja yang bisa dilakukan dari pengalaman si penulis ataupun orang-orang disekitarnya.

Menariknya, buku ini lebih terasa relate buat semua kalangan, dari orang yang berpacaran, hubungan pernikahan, relasi dalam pekerjaan, hingga tentang pekerjaan atau kegiatan kita sehari-hari. Apalagi tentang pekerjaan, huhuhu itu hal yang lagi aku pergumulkan banget.

Ok sekarang aku ada sedikit ingin membagikan apa yang aku sukai dan tidak aku sukai dari buku ini serta berapa ratingnya.

 

Yang Disukai dan Tidak Disukai

  • Apa yang ditulis oppa ganteng Geulbaewoo pasti jadi auto book buy setelah dua buku ini keluar. Udah mah ganteng orangnya, tulisannya juga bagus-bagus. Bias siyh ya tapi ya begitulah adanya untukku, ehehehehe.

  • Selain ganteng, aku mudah sekali memahami gaya penulisannya Geulbaewoo. Ini juga berkat  gaya penerjemahan yang pas dari Penerbit Haru. Bisa dibilang Bahasa yang digunakan itu Bahasa awam sekali yang sekali baca dan mudah dimengerti. Jadi kayak dibawakan seperti orang yang saling berbicara satu dengan yang lainnya.

  • Kalau buku lelah itu memeluk pembacanya, kalau buku ini makin mendekap erat kita. Yah, gimana ya, soalnya kayak banyak hal yang memang sehari-hari kita rasakan tapi ada juga saran-saran praktisnya. Jadi yang nggak melulu kata basa-basi, dibuku ini ada kata aksinya juga yang lebih spesifik berdasarkan pengalaman orang lain (walau begitu seperti biasa ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan prinsipku juga ya).

  • Buku ini dapat dibaca sekali duduk dan dilain sisi bisa dibaca terpisah juga setiap ceritanya. Terus desain bukunya menarik. Walau tidak ada disetiap halamannya, tapi ada beberapa ilustrasi menarik didalamnya warnanya pastel-pastel meneduhkan gitu. Aku suka banget ilustrasinya (termasuk covernya yang minimalis dan sangat merepresentasikan isinya). Ohya yang menarik bentuknya seperti biasa kayak diary. Enak jadinya dibaca tuh kayak baca diary orang.

  • Yang aku kurang suka? Kurang banyak!!! Ahahaha, aku pengen baca tulisan oppa lainnya tapi yah belum bisa Bahasa Korea euy. Oh dan ini yang cukup bikin prokontra dalam diriku. Sampai sekarang aku masih menebak-nebak apakah ada alur tertentu yang dibawakan dibuku ini seperti buku sebelumnya. Aku belum melihat alur itu dan masih agak sukar merelasikan bab yang satu dengan lainnya. Mungkin aku perlu membaca lagi siyh ya. But overall ini nggak terlalu mengganggu karena setiap babnya itu relate banget sama yang aku rasakan saat ini.

Overall rating buku ini buatku adalah 4.5. (Sori kalau bias ya.. tapi bukannya memang rating seseorang itu bias ya, ehehehe).


Bagian-bagian Favorit

Beberapa bagian dan quote favorit dari isi buku ini:

Aku berpura-pura baik-baik saja, karena takut tidak bisa bangun lagi jika terjatuh.

Jadi, jangan terlalu khawatir, semuanya akan baik-baik saja meski kau merasa tak berdaya saat ini.

Bahkan jika kefrustrasian, kegagalan, dan kesulitan tak terhindarkan datang menghampiri, aku akan terus bergerak maju. 

 

View this post on Instagram

A post shared by SJB Collection 🇮🇩 (@sanwalibrary)


Kesimpulan

Buku ini sangat cocok untuk yang sedang tidak baik-baik saja dengan hebatnya, tapi tidak triggering (menurutku loh) karena lebih banyak ke langkah praktis yang lebih bisa dibayangkan dan dicerna dengan mudah. Yang sedang nggak kelelehan tentu bisa juga dong. Buku ini kayak pemantik semangat untuk kita bisa terus bertahan jika suatu saat kita measa tidak baik-baik saja.

Buku ini mungkin terasa membosankan bagi yang sudah biasa dengan konsep self-help “kelas berat” (sori bukan mau mengotakkan hanya aku bingung pakai kosakata apa ya yang menunjukkan perbedaan ini, kalau ada yang tahu tolong di colek ya). Tapi akan sangat keren untuk dijadikan starter bagi yang baru mau memulai baca non-fiksi terkhususnya buku bertema self-help seperti ini.

Kalau kalian suka buku sebelumnya, atau suka dengan buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki kalian mungkin akan menyukai buku ini (walaupun gaya penulisannya berbeda tetapi vibe tulisannya 11-12). Dan satu lagi, ini cocok untuk usia berapapun yang sudah bisa merasakan pahitnya kehidupan.

Bagi yang ingin membeli buku ini, langsung aja pantengin terus IG penerbit Haru untuk mekanisme PO-nya. Saranku siyh kalian harus punya buku ini. Investasi ilmu yang bagus dan pastinya bisa dibaca berulang.

Kalau kalian nanti membeli dan membaca buku ini, boleh dong share pengalaman membaca kalian. Drop link review kalian di kolom komentar ya (link review boleh dari platform apapun). Selamat membaca J

 

Regards,

Sandrine JB

  • 0 Comments

Pernahkah kalian membaca buku yang konsepnya art book? Jujur ini pengalaman pertama aku. Jadi awal tahun 2022 yang lalu aku diberikan kesempatan untuk membaca advanced reader copy dari buku berjudul The Other Side of Things.

Buku ini hype karena pernah dibaca dan dishare oleh RM (Kim Namjoon) leader dari BTS. Tentu saja saat buku ini dishare oleh RM, langsung aku masukkan dalam list #whatbtsreads. Ditambah lagi sesudah setelah RM membagikan screenshot buku ini di akun weverse miliknya, buku ini langsung laku keras!! (Bisa cek di link ini untuk berita lengkapnya). Tapi memang kekuatan pengaruh yang luar biasa, saat membacanya, ini merupakan pengalaman baru buat aku yang selama ini belum pernah menyentuh dan membaca literasi seni sebelumnya selain katalog pameran.


Tentang Buku Ini

The Other Side of Things merupakan art literature dari Korea Selatan, yang ditulis oleh seorang seniman / pelukis terkenal bernama Ahn Kyuchul dan dibawa ke Indonesia oleh penerbit Shira Media. Ahn Kyuchul adalah seorang perupa sekaligus akademisi di Korea Selatan yang dikenal sebagai seniman kontemporer.

Sejak bulan Maret 2022, Penerbit Shira Media menjual buku ini dengan format PO. Ada dua jenis PO yang ditawarkan. Isinya pun menarik banget. Yang kudapat adalah yang paket Side Box yang isinya adalah buku, tanda tangan digital dan pesan dari pengarangnya, book mark, notebook kecil, pensil kayu, side calendar dan satu buku random dimana aku dapat buku berjudul "Paradise". Semua paketan ini dikemas dalam sebuah amplop berbentuk buku gitu, unik.

View this post on Instagram

A post shared by Shira Media Group (@shiramedia)

Mungkin ada yang bertanya-tanya buku art ini isinya seperti apa. Buatku isi buku ini mirip buku self-help dari sudut pandang karya seni. Didalamnya ada sketsa gambar penulisnya dan juga buah pikiran penulis yang tertuang dalam bentuk tulisan dan mendukung sketsa karya seni yang dibuatnya.

Menariknya, pada buku ini si penulis menganalogikan hal-hal yang kita lihat sehari-hari. Dari sebuah pensil, penghapus, bahkan lukisan keluarga, banyak filosofi menarik yang diceritakan penulis dan dijadikan pembelajaran. Memang tidak semua yang tertulis ini adalah pengalaman pribadinya, banyak juga dari orang-orang sekitarnya. Singkatnya, buku ini merupakan buku art rasa self-help.

Oke sekarang aku ada sedikit ingin membagikan apa yang aku sukai dan tidak aku sukai dari buku ini serta berapa ratingnya.


Yang Disukai dan Tidak Disukai

  • Mungkin bisa dibilang bias, tapi aku enjoy dengan buku ini karena ini buku art pertama yang aku baca dan unik. Melihat konsep yang setiap babnya terdapat sketsa dan ulasan, ini beneran pengalaman baca yang berbeda. Dan yang bikin amaze dari hal-hal keseharian itu bisa ditarik makna filosofisnya juga.
  • Konsep buku yang monochrome ini seru juga. Dari cover hingga isi yang bernuansa satu warna saja seperti membaca tulisan orang yang ditulis dengan pensil itu enak dilihat dan dibaca. Kayaknya teduh dan isinya juga seteduh konsep tulisannya. Nuansa covernya juga terlihat hangat. Kalau lihat konsep amplop buku dan sketsanya juga menarik banget. Dari dulu aku sendiri pengen punya cita-cita membuat amplop buku seperti ini. Bisa jadi cara membuat buku tidak mudah kotor tanpa dimasukkan dalam plastik.
  • Buat aku ini seperti membaca diary si penulis yang tidak menggurui tapi seperti mengayomi pembacanya. Terasa sekali nuansa wise dari tulisan-tulisan penulis. Memang tidak semua prinsip penulis cocok denganku bahkan masih ada dibeberapa tempat yang aku masih kurang paham filosofinya. Tapi secara keselurahan, enjoy bacanya.
  • Buku ini dapat dibaca sekali duduk dan dilain sisi bisa dibaca terpisah juga setiap babnya. Jadi seru juga kalau bisa dibaca harian semacam buku renungan perjalanan hidup secara harian gitu. Ditambah lagi penerjemahan dari penerbit Shira Media enak dibaca dan diikuti.
  • Ada satu hal yang aku tidak sukai yaitu tulisannya cukup kecil-kecil untukku, ehehe. Entah kenapa aku sekarang mudah terindimidasi dengan buku tebal dan buku dengan tulisan kecil-kecil (rapat apalagi), jadi ngerasanya kayak bacanya lama. Selain itu seperti yang tertulis di nomor 3, ada beberapa hal filosofis yang tidak sesuai dengan prinsipku atau opiniku. Tapi sedikit kok ehehehe.

Bagian-bagian Favorit [header]

Beberapa bagian dan quote favorit dari isi buku ini:

Bagian favorit pertama ku dan yang paling terngiang-ngiang adalah bab singkat yang berjudul "Dua Dinding". Singkat spoilernya, bagian ini menunjukkan sketsa dari dua dinding yang dibangun oleh dua orang yang berbeda. Dalam ulasannya, ini bermaksud memberi tahu bahwa ada dua dinding yang dibangun oleh dua orang berbeda, namun dalam membangun dinding ini mereka saling mengambil bata dari tembok  ini dibangun oleh kedua orang ini dengan mengambil salah satu bata dari pihak lain. Aku nggak ingin mengulas ini lebih dalam tapi dari bagian ini, aku jadi melihat dari kedua sisi, sisi baik dan sisi buruk dari yang dilakukan kedua pembuat dinding ini.

Ada satu quote yang aku paling sukai dari buku ini. Seperti ini:

Meskipun demikian, sekarang kami harus memulai balapan yang baru lagi. Selama itu, meskipun kalah berkali-kali, tidak ada kata pensiun. Aku tidak boleh menyerah dalam balapan ini. Akan kusimpan pengalaman kekalahan yang pahit ini di hati, dan kali ini aku pasti akan menang.



Kesimpulan

Secara garis besar, buku ini cocok dibaca siapa saja. Tapi jika ingin dispesifikan, untuk kamu yang sudah pernah membaca buku self-help ringan ala penulis Korea Selatan sebelumnya dan suka dengan konsep art atau sketsa realis, mungkin akan cocok dengan buku ini. Apalagi untuk kamu-kamu ARMY BTS, buku ini cocok banget dibaca oleh kalian dan relate sekali untuk semua kalangan usia dari usia 20an hingga sudah emak-emak atau yang berkeluarga sepertiku.

Tapi bagi kamu-kamu yang belum pernah baca sama sekali dan pengen cob abaca buku ini , bisa banget kok karena pemilihan bahasanya tidak “berat” dan juga seperti yang tertulis diatas, buku ini bisa dibaca pelan-pelan sesuai ritmenya masing-masing pembaca. Bagi yang ingin membeli buku ini, bisa langsung cek aja di marketplace-marketplace kesayangan dan langsung check-out.

Kalau masih kurang yakin, coba deh cek obrolan aku dengan kak Sharon bareng penerbit Shira. Dijamin nggak nyesel deh beli buku yang satu ini.

View this post on Instagram

A post shared by Shira Media Group (@shiramedia)


Untuk kalian yang sudah beli dan baca buku ini, boleh dong share pengalaman membaca kalian. Drop link review kalian di kolom komentar ya (link review boleh dari platform apapun).

Selamat membaca!!!


Regards,

Sandrine JB

  • 0 Comments

 


Setiap kita pasti memiliki destinasi wisata impian. Banyak dari kita yang pasti memiliki cita-cita untuk keliling dunia. Walaupun tidak bisa mengunjungi semuanya pastilah punya keinginan untuk mengunjungi salah satunya. Dan pasti banyak juga dari kita yang ingin pergi ke Korea Selatan gegara gelombang perkoreaan yang cukup masif di Indonesia.

Kalau kamu memiliki kesempatan berkunjung ke Korea Selatan, destinasi wisata impian apa yang ingin kamu kunjungi? Kalau aku, sebagai mamak-mamak ARMY yang menjadikan dedek gemez Jungkook sebagai biasnya dan menyukai Jimin to the bone, Busan adalah salah satu destinasi impianku selain kota-kota lainnya di Korea Selatan. Ditambah lagi mengelilingi Busan saat musim semi, oooohhhhh pasti indah sekaliiiii. Aku memang belum pernah kesana tapi tulisan ini semacam tulisan wishlistku kalau aku mengunjungi Busan saat musim semi.

Sebelum itu sebagai pengetahuan, Busan merupakan kota terbesar ke-2 dan merupakan kota pelabuhan terpopuler di Korea. Busan terkenal dengan keindahan pantainya yang berbaris rapat dengan gedung pencakar langit. Ohya tahu "Busan International Film Festival" kan? Ini merupakan festival film terbaik Asia yang disuguhkan dari Busan. Atau inget juga dong film keren "Train to Busan"?

Inilah beberapa tempat yang ingin aku kunjungi di Busan saat musim semi dan beberapa keunikannya.

Gamcheon Cultural Village


Lihat deh gambar diatas ini, penuh warna ya. Siapa yang nggak ingin kesini dengan warna-warni yang sangat menarik apalagi sambil menikmati buka bermekaran musim semi. Gamcheon Cultural Village dibangun pada tahun 1950-an saat pengungsi Perang Korea menetap. Rumah-rumah bertingkat dan gang-gang yang menyerupai labirin menawarkan pemandangan unik yang indah.

Ditempat ini memili banyak sekali mural karya seniman muda dan berbagai jenis art lainnya, seperti patung The Little Prince yang menjadi tempat wajib para turis mengambil foto selama disana. Desa yang terletak di pinggir laut ini memperlihatkan keunikannya berupa atap warna-warni dan laut biru yang menjadikannya tujuan wisata yang sangat populer.

The Little Prince in Busan


Pantai Haeundae (Dalmaji Road)


Katanya siyh nggak bakal lengkap ke Busan kalau tidak ke Pantai Haeundae. Tapi kelihatannya benar ya. Lihat aja pantainya cantik banget ya berjajaran dengan gedung-gedung yang cantik ditambah lagi terlihat sangat asri dengan pepohonan hijau.

Eh tapi rupanya, saat spring salah satu jalan didekat pantai ini juga cantik banget loh. Namanya adalah Dalmaji Road. Cherry Blossom saat musim semi tiba sangat indah disepanjang jalan ini. Bayangkan kita bisa melewati jalanan ini saat musim semi, indah sekali bukannn.


Busan Metropolitan Library

Untuk aku pribadi, perjalanan wisata akan terasa lengkap kalau bisa mengunjungi perusahaan daerah setempat. Busan Metropolitan Library ini adalah salah satu wishlist yang harus kukunjungi jika suatu saat nanti mengunjungi Busan. Aku suka sekali melihat area-area berundak seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas. Ditambah lagi dikelilingi rak buku dengan pengaturan buku yang sangat aestetis. Ditambah lagi kalau aku cari tahu lebih lanjut, isi perpustakaan nya juga beragam dengan berbagai area baca. Yang menarik perhatianku selanjutnya adalah area baca untuk anak-anak, lucu dan keren banget (di googling aja ya kalau mau lihat lebih detail).


Tempat yang dikunjungi BTS

Ada beberapa tempat di Busan yang pernah dikunjungi oleh member BTS juga loh. Oh ya, bahkan sama tempat-tempat tersebut akhirnya setiap lokasi tempat member BTS ini berfoto dibuatkan jadi photo zone loh. Ihh mau banget kesana. Berikut ini beberapa tempatnya (untuk detail tempatnya bisa di googling lebih lanjut ya). 

Busan Citizen Park (Kim Taehyung)



Dongnae Milmyeon (Kim Namjoon)



Busan Museum of Art (Kim Namjoon)



Dadaepo Beach (Park Jimin)



Ohya, sebagai tambahan, kalau ke Busan bisa mengunjungi Hoedong Maru yang merupakan sekolah Jimin dan Baekyang Elementary School yang merupakan sekolah Jungkook.

Keren-keren banget ya. Makin-makin pengen deh aku pergi ketempat ini. Aku yakin suatu saat nanti pasti bisa menikmat tempat-tempat indah di Korea Selatan.

Dari tempat-tempat diatas ini, adakah yang ingin kamu datangi?


Regards,

Sandrine JB

  • 0 Comments

About me

a


Sandrine JB

"The most important thing is to enjoy your life — to be happy — it’s all that matters.”


Follow Us

  • Bookstagram
  • Fanstagram
  • Instagram
  • youtube
  • twitter
  • pinterest
View this post on Instagram

A post shared by BTS & Literasi - ARMYmom (@whatbtsreads)

Banner spot

recent posts

Subscribe

Postingan
Atom
Postingan
Semua Komentar
Atom
Semua Komentar

Arsip Blog

  • ▼  2022 (3)
    • ▼  Mei 2022 (3)
      • Sebenarnya Aku Tidak Baik-baik Saja - Geulbaewoo [...
      • The Other Side of Things - Ahn Kyuchul [Book Review]
      • Menikmati Musim Semi di Busan, Korea Selatan
  • ►  2021 (12)
    • ►  November 2021 (2)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Mei 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (3)
    • ►  Januari 2021 (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Mei 2019 (1)
  • ►  2018 (16)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  Agustus 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (9)
    • ►  Januari 2018 (5)
  • ►  2017 (3)
    • ►  Desember 2017 (1)
    • ►  Juni 2017 (1)
    • ►  Januari 2017 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (5)
  • ►  2015 (28)
    • ►  Desember 2015 (12)
    • ►  November 2015 (8)
    • ►  Mei 2015 (3)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (1)
    • ►  Februari 2015 (2)
    • ►  Januari 2015 (1)
  • ►  2014 (27)
    • ►  November 2014 (9)
    • ►  Oktober 2014 (8)
    • ►  September 2014 (3)
    • ►  Juli 2014 (1)
    • ►  Juni 2014 (2)
    • ►  Maret 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (1)
    • ►  Januari 2014 (1)
  • ►  2013 (6)
    • ►  November 2013 (1)
    • ►  Oktober 2013 (3)
    • ►  Mei 2013 (1)
    • ►  Januari 2013 (1)
  • ►  2012 (1)
    • ►  Desember 2012 (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  September 2011 (1)
  • ►  2009 (1)
    • ►  Maret 2009 (1)

instagram

Template Created By : ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top